Kamis, 15 Agustus 2024

Benak Kriminal

"Blessed are the meek; for they make a good victim"

Seorang kriminal tidak akan pernah memangsa orang-orang yang lebih kuat, melainkan memangsa orang-orang lemah, tidak berdaya, nan rentan untuk dimangsanya.

Posisikan dirimu adalah hewan buas yang kelaparan; melihat kawanan gajah—induk beserta anaknya—lewat di savana luas tepat di depan matamu. Manusia dan segala ketamakannya akan tanpa perhitungan berkata "saya akan memangsa induknya, dagingnya yang besar akan membuat saya kenyang dalam waktu yang lama". 

Tapi, bukan sebagai manusia saya menginginkan posisi anda di tulisan ini, melainkan sebagai hewan buas yang lapar, seekor puncak rantai makanan; yang rasa laparnya tiada tahan, hendak memilih mangsa dan menerkam calon santapan di siang yang panas nan terik. Hewan buas tersebut secara insting-nya akan mengejar anaknya—ataupun induknya yang sudah tua dan renta—untuk dijadikan santapan di siang itu, dikarenakan mereka-lah "korban yang mudah" untuk dimangsa.

[Dilanjut besok nulisnya, berisi argumen dari pernyataan paragraf ke-3; penulis mau tidur soalnya besok ada ujian, doakan ujian besok sukses, Amin (tidak diberkati orang-orang yang tidak mengucap "amin")]

Sabtu, 03 Agustus 2024

Harimau Domestik

Harimau... Siapa sih yang ngga tau tentang binatang satu ini, semuanya udah pasti tau lah yaaa; kalo ngga tau mungkin perlu lagi buat kembali ke Sekolah Dasar—atau, ngga perlu jauh-jauh deh, cukup buka browser di hp dan ketik "Harimau" di kolom pencarian dan... voila! muncul berjuta informasi sekaligus tampilan gambar dari "kucing besar" tersebut.
Setelah kita mengetahui banyak tentang harimau, kita juga pasti juga bisa nemu informasi yang jikalau hewan tersebut adalah hewan buas atau hewan liar. Yang menjadi pertanyaannya adalah, pernah kah kita berpikir bagaimana jika seandainya harimau dijinakkan oleh manusia, atau oleh entitas cerdas yang—yah.. katakanlah berkuasa atas banyak hal di dunia ini—yang menjadi dalang dibalik adanya peradaban.

Harimau yang dijinakkan oleh manusia tentu mendapatkan banyak manfaat dan keuntungan sebagaimana apa yang didapat oleh binatang domestik lainnya—seperti makanan yang berlimpah, tempat tinggal yang nyaman, tidak perlu adanya persaingan dengan binatang lain dalam mendapatkan kebutuhan primer, dll—yang mana ini adalah sebuah keberuntungan mutlak bagi si harimau—setidaknya dari sudut pandang evolusi yang menyatakan bahwa makhluk hidup yang berhasil adalah makhluk hidup yang bisa beranak pinak, mempunyai keturunan, menurunkan DNA/Genetik ke anaknya; yang mana dengan terpenuhinya semua kebutuhan primer yang telah saya sebutkan di atas, makhluk hidup bisa dikatakan sudah berada di titik aman untuk mempunyai keturunan.

Namun, ini adalah sebuah Faustian Bargain atau "perjanjian dengan iblis" bagi seekor harimau, yang mana perjanjian dengan iblis sendiri mempunyai mekanisme yang dimana jika kita meminta sesuatu kepada sang iblis tersebut, maka kita harus mengorbankan suatu hal pula—biasanya jauh lebih berharga—kepada iblis tersebut; yang mana dalah kasus harimau ini, yang dia pertaruhkan kepada sang iblis—atau manusia—adalah sifat buasnya.

Sifat buas seekor harimau haruslah dibuang demi bisa menyesuaikan dengan lingkungan tuannya—yakni manusia—agar terus tetap bisa menetap dengan tuannya tersebut dan mendapatkan manfaat kebutuhan primer yang tercukupi. Itu adalah harga yang cukup besar yang dibayarkan oleh sang harimau kepada tuannya—yah mungkin dianggap tidak seberapa dari kacamata sebagian besar orang—namun begitu mahal bagi sang harimau, baik secara dia sadar maupun tidak sadar.

Dengan alasan itulah, sang harimau mempunyai 2 pilihan—antara mematuhi sang tuan dan mendapatkan kehidupan yang layak dan kebutuhan primer yang tercukupi, atau memilih untuk mengikuti insting buasnya dan meninggalkan tuannya dan meninggalkan kehidupan nyaman nan berkecukupan—yang mana kedua pilihan tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Tetapi, untuk harimau yang begitu nyamannya hidup bersama tuannya dan enggan untuk meninggalkan hidup yang nyaman nan tercukupi tersebut tetapi masih menginginkan kebebasan dan haknya untuk menjadi dan bersikap liar, yang ia bisa lakukan hanyalah bersembunyi di balik sebuah penyamaran yang tidak pernah diketahui oleh tuannya; ia akan terus melakukan hal-hal yang menjadi ciri khasnya sebagai binatang buas di belakang tuannya, dan menjadi penurut layaknya kucing rumahan jika berada di depan tuannya—sungguh sebuah kemunafikan.

"Apa yang penulis coba sampaikan dalam tulisan ini?"—itu mungkin sepenggal kalimat yang muncul di kepala para pembaca yang membaca tulisan ini dikarenakan kebingungan atas apa maksud dan tujuan di-adakannya tulisan ini.
Penulis hanya menjelaskan bahwa tulisan ini adalah sebuah alegori yang tidak ingin penulis sampaikan apakah maksud dari tulisan yang tersirat ini; penulis ingin para pembaca untuk menebak-nebak—apa yang sebenarnya penulis maksud dari semua ini—dan membuat penjelasannya sesuai dengan opini masing-masing—sebuah ambiguitas.

Sekian

Label: ,